Ampunan Allah bukanlah sesuatu yang murah. Ia bukan hadiah yang datang tanpa harga, bukan pula keberuntungan yang sekadar menunggu tanpa usaha. Ampunan Allah adalah bentuk kemuliaan Rabb bagi hamba yang benar-benar sadar sedang berada di hadapan Yang Maha Agung — dan kemuliaan tidak pernah diberikan pada hati yang lalai.
Yang membuat ampunan itu mahal bukan karena Allah sulit mengampuni. Justru sebaliknya — Allah Maha Pengampun, bahkan jauh lebih cepat memberi rahmat daripada mengazab. Yang membuat ampunan itu ‘mahal’ adalah syaratnya: hati yang benar-benar tunduk, taubat yang sungguh-sungguh, dan rasa malu sebagai hamba yang telah berani menantang cahaya Allah dengan dosa.
Allah tidak melihat seberapa besar maksiat kita, tapi seberapa hancur hati kita saat memohon maaf kepada-Nya.
Taubat yang diterima adalah taubat yang lahir dari ketakutan, bukan sekadar penyesalan.
Taubat yang disertai usaha memperbaiki diri, bukan hanya ucapan di bibir.
Taubat yang membenci dosa, bukan hanya ingin terbebas dari akibatnya.
Karena itu jalan menuju ampunan Allah bukan hanya dengan istighfar yang dilafalkan, tetapi dengan air mata yang jujur, rencana dosa yang dipatahkan, ketaatan yang diniatkan untuk mengganti malam-malam yang dulu gelap oleh kelalaian.
Ampunan Allah itu mahal — namun tetap mungkin diraih oleh siapa pun.
Mahal karena butuh kejujuran, penghancuran ego, dan keberanian melawan syahwat.
Tetapi mahal bukan berarti jauh. Karena yang mahal itulah… justru sedang menunggu di pintu terdekat: pintu taubat yang tidak pernah tertutup kecuali oleh rasa sombong kita sendiri.
