KISAH NABI NUH DARI LAHIR SAMPAI WAFAT [COMPLETE]
Kisah Nabi Nuh Alaihissalam
Umat Islam diakui mengenal 25 Nabi dan Rasul, salah satunya adalah Nabi Nuh Alaihissalam. Nabi Nuh adalah Nabi ketiga setelah Nabi Adam dan Nabi Idris. Dalam kitab Ibnu Katsir, kisah para Nabi menyebutkan bahwa Nabi Nuh merupakan keturunan ke-9 dari Nabi Adam. Oleh karena itu, jarak waktu antara Nabi Adam dan Nabi Nuh, menurut riwayat sahih ahli sejarah Islam, adalah selama 10 abad.
Banyak kisah tentang Nabi Nuh yang dapat diceritakan, salah satunya adalah kisah tentang Bahtera Nuh. Bahtera Nuh merupakan kapal terbesar dan pertama yang pernah dibuat oleh manusia. Kisah ini menjadi salah satu bukti dari mukjizat Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Nuh dan pengikutnya saat terjadi malapetaka dahsyat yang menghancurkan dunia beserta isinya, kecuali umat Nabi Nuh yang taat.
Bahtera Nuh dibangun atas perintah Allah SWT sebagai sarana untuk menyelamatkan umat manusia dan hewan dari bencana air bah yang diutus sebagai hukuman atas kefasikan dan kesesatan umat manusia pada masa itu. Nabi Nuh dan keluarganya bersama pengikutnya, termasuk hewan-hewan yang dipilih, naik ke dalam bahtera dan menghabiskan waktu selama 40 hari dan 40 malam mengarungi gelombang air bah yang dahsyat.
Setelah air bah mereda dan daratan kembali muncul, Bahtera Nuh berlabuh di Gunung Judi dan umat Nabi Nuh serta hewan-hewan selamat dari bencana tersebut. Kisah Bahtera Nuh menjadi simbol kesetiaan dan kepercayaan pada Allah SWT serta perintah-Nya kepada umat manusia.
Pada masa itu, kaum Nuh menjadi sangat tercela dan menyimpang dari jalan yang diberikan oleh Allah SWT. Sebelumnya, umat manusia selalu taat dan mengikuti ajaran para Nabi sebelumnya seperti Adam dan Idris. Namun, pada masa Nabi Nuh, umatnya kembali melakukan perbuatan yang ingkar dengan meniru orang-orang terdahulu dengan menganggap patung sebagai tuhan, dan akhirnya menyembah patung-patung tersebut sebagai tuhan mereka.
Keingkaran dan penyimpangan ini menyebabkan umat manusia di zaman Nabi Nuh semakin jauh dari jalan Allah SWT dan semakin merosot moralitasnya. Nabi Nuh berusaha mengajak mereka kembali kepada Allah SWT dengan menyampaikan risalah-Nya, namun kaum Nuh enggan mendengar seruan Nabi dan semakin merajalela dalam perbuatan kejahatan dan dosa.
Oleh karena itu, Allah SWT mengirimkan bencana air bah sebagai hukuman atas kefasikan dan kesesatan umat manusia pada masa itu. Namun, Allah SWT memberikan kesempatan bagi umat Nabi Nuh yang taat untuk selamat dengan menaiki Bahtera yang telah dibuat oleh Nabi Nuh atas perintah-Nya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya taat dan patuh kepada Allah SWT serta para Nabi yang diutus untuk memberikan petunjuk dan ajaran kepada umat manusia.
Patung-patung yang disembah oleh kaum Nuh sebenarnya merupakan representasi orang-orang saleh yang menjadi pewaris Nabi Idris dalam menyebarkan agama Allah SWT. Akan tetapi, kaum Nuh justru salah memahami dan menilai makna dari patung-patung tersebut, dan akhirnya menganggap bahwa roh Tuhan berada di dalam patung tersebut dan orang-orang saleh penerus Nabi Idris adalah representasi Tuhan.
Penafsiran yang salah ini kemudian mengakibatkan kaum Nabi Nuh tersesat dan semakin jauh dari jalan Allah SWT. Mereka terjerumus dalam perbuatan kejahatan dan dosa, sehingga Allah SWT mengutus Nabi Nuh untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengajak mereka kembali ke jalan yang benar.
Namun, upaya Nabi Nuh tidak diindahkan oleh kaumnya, bahkan mereka semakin keras kepala dan bersikeras dalam mempertahankan keyakinan mereka. Akhirnya, Allah SWT mengirimkan bencana air bah sebagai hukuman atas kefasikan dan kesesatan umat manusia pada masa itu.
Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu memahami dan mengikuti ajaran Allah SWT serta para Nabi yang diutus untuk memberikan petunjuk dan ajaran kepada umat manusia. Kita harus berusaha untuk selalu berpegang teguh pada kebenaran dan menjauhi perbuatan dosa serta menghindari kesesatan yang dapat menyebabkan kita tersesat dari jalan yang benar.
Pada awalnya, pembuatan patung-patung itu hanya dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan kepada dua orang saleh yang bernama Wadd dan Shuwa. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkurangnya pengetahuan tentang agama, generasi kaum Nuh perlahan-lahan mulai meyakini bahwa patung-patung tersebut layak untuk disembah.
Dalam situasi seperti itu, hanya Nabi Nuh yang masih memiliki pemikiran yang rasional dan sehat yang dapat menghentikan semuanya. Ia memperingatkan kaumnya agar tidak menyembah patung-patung tersebut dan mengajak mereka untuk kembali kepada ajaran Allah SWT yang benar.
Sayangnya, dakwah Nabi Nuh tidak diindahkan oleh kebanyakan orang, dan malah membuat keadaan semakin memburuk. Akhirnya, Allah SWT mengirimkan bencana air bah sebagai hukuman bagi kaum Nuh yang semakin lama semakin jauh dari jalan yang benar.
Kisah ini mengajarkan kita untuk selalu menghormati dan mengikuti ajaran Allah SWT serta menjauhi tindakan yang menyimpang dari agama. Sebagai manusia yang berakal, kita harus selalu menggunakan akal sehat dan rasio dalam mengambil keputusan serta memahami ajaran agama yang benar agar terhindar dari kesesatan dan kehancuran.
Allah SWT kemudian mengangkat Nabi Nuh sebagai rasul dan memberinya tugas untuk membimbing umatnya agar meninggalkan segala bentuk kesyirikan dan menghindarkan mereka dari pengaruh iblis yang menghasut untuk terus menyembah atau mengakui patung-patung tersebut sebagai tuhan mereka. Tugas Nabi Nuh adalah untuk membimbing mereka agar kembali ke jalan yang benar dan dirahmati Allah SWT.
Sebagai rasul, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah SWT dan memberikan nasehat serta peringatan keras kepada kaumnya untuk berbalik dari kesesatan dan kembali ke jalan yang benar. Namun, sayangnya kebanyakan dari mereka tidak mendengarkan dan memilih untuk tetap dalam kesesatan mereka.
Allah SWT kemudian mengirimkan bencana air bah sebagai hukuman kepada kaum Nuh yang tidak mau bertaubat dan memperbaiki keadaan. Hanya Nabi Nuh beserta keluarganya dan beberapa orang yang taat yang selamat dari bencana tersebut. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu mendengarkan nasehat para rasul dan menjauhi segala bentuk kesyirikan agar tidak terjerumus dalam kesesatan dan mendapatkan rahmat Allah SWT.
Nabi Nuh memang merupakan Nabi yang istimewa, dan hal ini terbukti dengan disediakannya surah khusus untuk beliau dalam Al-Qur’an. Surah tersebut bernama Surah Nuh, yang merupakan surah ke-71 dalam Al-Qur’an setelah Surah Al-Ma'arij dan sebelum Surah Al-Jin. Surah ini tergolong sebagai surah Al-Makkiyah dan terdiri dari 28 ayat.
Kisah Nabi Nuh yang disampaikan dalam surah ini dimulai dengan diutusnya beliau sebagai Nabi oleh Allah SWT. Surah Nuh kemudian menceritakan bagaimana Nabi Nuh berusaha untuk membimbing umatnya agar kembali ke jalan yang benar dan meninggalkan kesyirikan. Namun, sayangnya kebanyakan dari mereka tidak mendengarkan dan memilih untuk tetap dalam kesesatan mereka.
Surah Nuh juga menceritakan bagaimana Nabi Nuh membangun bahtera atas perintah Allah SWT untuk menyelamatkan dirinya dan kaum yang taat dari bencana air bah yang akan datang sebagai hukuman bagi kaum yang durhaka. Selain itu, Surah Nuh juga menegaskan bahwa hanya Allah SWT yang layak disembah dan diibadahi, dan bukan patung-patung atau makhluk lainnya.
Dengan adanya Surah Nuh ini, kita dapat mengambil pelajaran tentang pentingnya mendengarkan nasehat para Nabi dan menjauhi segala bentuk kesyirikan. Kita juga dapat belajar tentang kebijaksanaan dan ketabahan Nabi Nuh dalam menghadapi tantangan dan ujian dari Allah SWT.
KISAH DIUTUSNYA NABI NUH SEBAGAI RASUL ALLAH
Menurut ahli sejarah yang diakui keabsahannya, Nabi Nuh memiliki nama asli Abdul Ghaffar atau Yasykur. Dia adalah putra dari Lamik bin Matta. Ayah Nabi Nuh, Lamik, adalah putra dari Nabi Idris, sehingga Nabi Nuh adalah keturunan Nabi Idris. Dengan kata lain, Nabi Nuh adalah cucu dari Nabi Idris dan merupakan keturunan ketiga dari Nabi Idris menurut silsilah keluarganya. Sumber-sumber ini dianggap sahih dan dapat dipercaya dalam menggambarkan garis keturunan Nabi Nuh.
Menurut Surah Al-Ankabut ayat 14 dalam Al-Qur'an, Nabi Nuh tinggal di antara kaumnya selama 950 tahun. Ayat tersebut menyatakan, "Dan sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim." Fakta ini menunjukkan bahwa Nabi Nuh hidup di dunia selama waktu yang sangat lama dan menjadi salah satu nabi yang hidup paling lama dalam sejarah manusia. Surah Al-Ankabut ayat 14 merupakan salah satu sumber yang diakui dalam Islam dan dianggap sebagai sumber sahih dan dapat dipercaya dalam menggambarkan kehidupan dan kisah Nabi Nuh.
Menurut sejarah, ketika Nabi Nuh berusia 480 tahun, ia diutus oleh Allah SWT menjadi Rasul melalui malaikat Jibril. Saat malaikat Jibril menghadapinya, ia memperlihatkan wajah yang sangat tampan, sehingga Nabi Nuh menjadi takjub dan bertanya. Malaikat Jibril kemudian menjawab bahwa ia adalah utusan Allah yang membawa risalah dan menyatakan bahwa Allah mengutus Nuh untuk menyampaikan pesanNya kepada umat yang membangkang dan zalim. Kisah ini menunjukkan bahwa Nabi Nuh diangkat sebagai utusan Allah untuk menyampaikan pesan dan memperingatkan umatnya untuk kembali ke jalan yang benar. Hal ini juga menunjukkan bahwa malaikat Jibril merupakan perantara yang digunakan oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada Nabi Nuh.
Perintah pengutusan Nabi Nuh sebagai nabi disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Nuh ayat pertama, yang berbunyi, "Sesungguhnya, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah): Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih." Ayat ini tidak hanya menjelaskan pengutusan Nabi Nuh, tetapi juga memberikan peringatan kepada kaumnya akan datangnya azab yang amat pedih dari Allah SWT. Dalam konteks ini, Nabi Nuh diutus untuk memperingatkan umat manusia untuk kembali ke jalan yang benar dan menjauhi perilaku yang zalim dan durhaka kepada Allah SWT. Surah Nuh ayat 1 dianggap sebagai salah satu sumber yang diakui dalam Islam dan dianggap sebagai sumber sahih dan dapat dipercaya dalam menggambarkan perintah pengutusan Nabi Nuh.
Setelah diutus menjadi Rasul oleh Allah SWT, malaikat Jibril memberikan baju kebesaran yang disebut baju Mujahidin kepada Nabi Nuh. Selain itu, malaikat Jibril juga melilitkan sorban kemenangan di kepalanya dan memberinya ikat pinggang yang disebut 'Saiful Azmi'. Setelah memberikan semua ini, malaikat Jibril memberi pesan kepada Nabi Nuh, "Berilah peringatan kepada musuh Allah yang bernama Darmasyil bin Fumail bin Jij bin Qabil bin Adam." Nabi Nuh dengan taat mematuhi perintah malaikat Jibril dan mulai memberikan peringatan kepada kaumnya untuk kembali ke jalan yang benar. Dalam konteks ini, pakaian yang diberikan oleh malaikat Jibril memiliki makna simbolis yang menggambarkan keberanian dan tekad Nabi Nuh dalam membawa risalah Allah SWT kepada umat manusia.
Darmasyil, keturunan nabi Adam yang ke-4, adalah seorang raja dan pemimpin yang zalim pada masanya. Darmasyil dikenal sebagai manusia pertama yang membuat dan meminum arak, serta berjudi. Selain itu, Darmasyil juga membuat baju hiasan dari emas, yang pada masa itu dianggap tidak pantas digunakan oleh laki-laki. Kesombongan dan kemewahan menjadi ciri khas Darmasyil, yang membuatnya berpaling dari ajaran Allah SWT dan melanggar perintah-Nya. Sebagai pemimpin yang zalim, Darmasyil adalah salah satu musuh Allah SWT yang diberi peringatan oleh Nabi Nuh untuk kembali ke jalan yang benar dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang menyimpang.
Raja Darmasyil adalah seorang pemuja berhala yang menganggap lima berhala, yaitu Wad, Siwa', Ya'uq, Yaghuts, dan Nasr, sebagai tuhan. Perbuatan zalim dan ingkar Darmasyil terhadap Allah membuat Nabi Nuh diutus untuk memberikan peringatan keras kepada raja tersebut. Meskipun dihadapkan pada tantangan yang besar, Nabi Nuh tetap memenuhi tugasnya dengan sungguh-sungguh. Ia berjuang untuk menyadarkan raja dan umatnya dari kesesatan, mengajak mereka kembali ke jalan yang benar, serta menyerukan penghambaan hanya kepada Allah SWT. Namun, perjuangan Nabi Nuh tidaklah mudah. Ia mengalami berbagai rintangan dan penolakan dari raja dan umatnya yang tetap bersikeras dalam kesesatannya. Meski begitu, Nabi Nuh tetap sabar dan tawakkal kepada Allah, serta tidak putus asa dalam menyampaikan pesannya.
KISAH DAKWAH NABI NUH YANG MENDAPAT BANYAK TANTANGAN
Nabi Nuh adalah seorang Nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan dakwah kepada umatnya agar beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan perbuatan zalim serta menyesatkan. Beliau khususnya berdakwah kepada keluarganya yang juga tidak luput dari perbuatan tersebut.
Meskipun Nabi Nuh telah berdakwah selama 5 abad, namun hanya sedikit orang yang mengikutinya, yaitu sekitar 70 sampai 80 orang pengikut saja. Pengikut tersebut terdiri dari orang-orang biasa yang bukan berasal dari keluarga kaya, terhormat dan berada atau keturunan terpandang. Namun, Nabi Nuh tetap gigih dan sabar dalam menyampaikan dakwahnya walaupun hanya memiliki sedikit pengikut.
Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa dalam berdakwah, yang terpenting adalah kesabaran dan keikhlasan dalam menyampaikan pesan yang benar kepada orang lain. Meskipun tidak banyak orang yang mendengarkan dan mengikuti, tetaplah berdakwah dengan penuh keikhlasan dan berdoa kepada Allah SWT untuk membuka hati mereka agar dapat menerima pesan yang disampaikan.
Kesombongan dan keangkuhan kaum Nuh yang terdiri dari orang-orang terpandang dan kaya menyebabkan mereka tidak suka berdekatan bahkan bersama-sama dengan pengikut Nabi Nuh yang miskin. Mereka menganggap bahwa derajat dan kasta mereka lebih tinggi dari pengikut Nabi Nuh yang terdiri dari orang-orang biasa, bahkan menganggap bahwa derajat mereka juga lebih tinggi dari Nabi Nuh sendiri.
Hal ini sangat disayangkan karena seharusnya derajat manusia tidak ditentukan oleh kekayaan atau status sosial, melainkan oleh keimanan dan amal kebaikan yang dilakukan. Nabi Nuh sebagai Nabi yang diutus oleh Allah SWT seharusnya dihormati dan diikuti oleh seluruh umat manusia, tanpa memandang status sosial atau kekayaan.
Namun, kesombongan dan keangkuhan kaum Nuh membuat mereka tidak mampu menerima dakwah yang disampaikan oleh Nabi Nuh, sehingga mereka tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk tidak terjebak dalam kesombongan dan keangkuhan, serta selalu merendahkan hati dan menghormati orang lain, tanpa memandang status sosial atau kekayaan.
Sikap penolakan dan penghinaan terhadap Nabi Nuh dan pengikutnya yang miskin tidak hanya datang dari kaumnya saja, tetapi juga dari keluarganya. Bahkan, istri dan putranya yang bernama Kan'an secara terang-terangan menentang dan menolak ajaran Nabi Nuh. Hal yang lebih memprihatinkan adalah mereka bahkan memengaruhi orang lain untuk tidak mengikuti ajaran Nabi Nuh.
Sikap menentang dan memengaruhi orang lain untuk tidak mengikuti ajaran agama yang benar sangatlah berbahaya dan dapat merugikan banyak orang. Seharusnya sebagai umat manusia, kita harus selalu terbuka untuk menerima kebenaran, tanpa memandang dari siapa atau dari mana ajaran tersebut datang. Nabi Nuh sebagai Nabi yang diutus oleh Allah SWT seharusnya dihormati dan diikuti oleh seluruh umat manusia.
Namun, sikap penolakan dan penghinaan yang dilakukan oleh kaum dan keluarga Nabi Nuh mengajarkan kepada kita pentingnya memiliki keberanian dan keteguhan hati dalam mempertahankan kebenaran, meskipun harus menghadapi penolakan dan hinaan dari orang lain. Kita harus tetap gigih dan sabar dalam berdakwah, serta berdoa kepada Allah SWT untuk membuka hati orang-orang yang menolak dan memengaruhi orang lain untuk tidak mengikuti ajaran agama yang benar.
Kaum Nabi Nuh tidak mempercayai bahwa beliau adalah utusan Allah dan meyakini bahwa Nabi Nuh hanya manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan, kelebihan apapun, bahkan harta yang lebih banyak dibanding mereka. Mereka bahkan mengatakan bahwa Nabi Nuh telah berdusta dan merendahkan beliau dengan sikap yang tidak patut.
Sikap merendahkan dan mengusir Nabi Nuh seharusnya tidak dilakukan oleh seorang muslim, terlebih lagi jika beliau adalah Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Sebagai umat manusia, kita harus selalu menghormati dan menghargai sesama, apalagi jika orang tersebut diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan ajaran agama yang benar.
Namun, sikap merendahkan dan mengusir Nabi Nuh mengajarkan kepada kita pentingnya memiliki keberanian dan keteguhan hati dalam mempertahankan kebenaran, meskipun harus menghadapi tantangan dan penolakan dari orang lain. Kita harus tetap teguh dalam keyakinan bahwa ajaran yang kita sampaikan adalah kebenaran yang benar, tanpa memandang apapun yang menghalangi kita untuk menyampaikannya.
Dalam situasi seperti ini, kita harus bersabar dan berdoa kepada Allah SWT untuk membuka hati orang-orang yang menolak dan merendahkan kita, serta menghindari melakukan hal-hal yang tidak patut untuk mempertahankan kebenaran. Kita juga harus selalu ingat bahwa Allah SWT selalu bersama dengan hamba-Nya yang sabar dan istiqamah dalam menghadapi cobaan dan ujian hidup.
Salah satu pemimpin kaum Nuh yang zalim tersebut mengutarakan keinginannya untuk menjadi pengikut Nabi Nuh dengan syarat mengusir pengikut Nabi Nuh yang dianggap hina karena miskin. Namun, Nabi Nuh dengan tegas menolak persyaratan tersebut karena beliau tidak ingin meninggalkan umatnya yang sudah taat pada ajaran-ajaran Allah SWT.
Nabi Nuh adalah sosok yang penuh kasih sayang dan tidak membedakan antara orang kaya atau miskin, terhormat atau tidak, semua orang dianggap sama di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, Nabi Nuh tidak bersedia mengusir pengikutnya yang miskin hanya untuk memenuhi tuntutan kaum yang zalim tersebut.
Hal ini mengajarkan kepada kita pentingnya untuk mempertahankan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, meskipun harus menghadapi penolakan dan tantangan dari orang lain. Kita tidak boleh mengorbankan prinsip-prinsip yang kita yakini hanya untuk memenuhi keinginan orang lain.
Kita juga harus belajar dari Nabi Nuh dalam menjaga hubungan dengan orang lain, tidak membedakan status sosial, kekayaan atau keturunan. Sebagai muslim, kita harus selalu memegang teguh nilai-nilai Islam dan mengajarkannya kepada orang lain dengan cara yang bijaksana dan penuh kasih sayang. Semua orang, tanpa terkecuali, berhak mendapatkan kesempatan untuk memahami dan mengikuti ajaran Islam, dan tugas kita sebagai muslim adalah untuk menyampaikan dengan tulus dan ikhlas, tanpa memandang status sosial atau kekayaan seseorang.
Setelah mendengar penolakan Nabi Nuh untuk mengusir pengikutnya yang miskin, para pemimpin kaum yang zalim tersebut justru merasa kesal dan menantang Nabi Nuh. Mereka meminta Nabi Nuh untuk segera mendatangkan azab sebagai bukti bahwa mereka telah berdosa dan durhaka kepada Allah SWT.
Namun, Nabi Nuh dengan sabar menjelaskan bahwa azab tidaklah datang hanya atas permintaan manusia, tetapi atas kehendak Allah SWT yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Beliau juga terus berdakwah dan mengajak kaumnya untuk kembali ke jalan yang benar.
Dari kisah ini, kita dapat belajar tentang pentingnya kesabaran dan keikhlasan dalam berdakwah serta menjaga hubungan dengan orang lain, termasuk orang yang menentang dan memperolok kita. Kita harus selalu mengingat bahwa azab datangnya hanya dari Allah SWT, bukan dari permintaan manusia. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus tetap sabar dan terus mengajak orang lain ke jalan yang benar, tanpa merendahkan atau menghina orang lain, meskipun mereka menentang kita.
Kita juga harus selalu mengandalkan kekuatan Allah SWT dalam menghadapi tantangan dan cobaan hidup. Dalam situasi apapun, kita harus yakin bahwa Allah SWT selalu bersama kita dan akan memberikan bantuan-Nya kepada kita, asalkan kita senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh dan tulus ikhlas untuk menjalankan ajaran-Nya.
Nabi Nuh memohon pada Allah untuk memberi petunjuk pada kaumnya yang membangkang. Namun, setelah berulang kali mencoba untuk membimbing mereka, beliau merasa keputusasaan dan memohon agar Allah segera memberikan azab kepada kaum yang durhaka itu. Allah SWT kemudian mengabulkan permintaan Nabi Nuh dan menurunkan azab kepada mereka.
Azab itu datang dalam bentuk banjir yang melanda seluruh bumi. Air bah tersebut memusnahkan seluruh makhluk hidup, kecuali Nabi Nuh dan pengikutnya yang selamat bersama dalam bahtera yang dibuat atas perintah Allah. Kaum Nabi Nuh yang telah durhaka pun binasa.
Kisah Nabi Nuh dan kaumnya menjadi peringatan bagi manusia agar selalu berada di jalan yang benar dan mengikuti perintah Allah. Itulah pentingnya taat pada agama dan meninggalkan sifat sombong serta merendahkan orang lain.
KISAH PEMBANGUNAN DAN MUKJIZAT BAHTERA NABI NUH ALAIHISSALAM
Sebelum azab Allah yang amat pedih dan berat ditimpakan pada kaum Nuh berupa banjir bandang yang menenggelamkan dunia, Allah SWT memberikan petunjuk sekaligus mukjizat kepada Nabi Nuh yaitu diperintahkannya oleh Allah SWT untuk membangun sebuah bahtera yang sangat besar dan kuat. Bahtera yang mampu menampung pengikut dari kaum Nuh yang taat dan beriman kepada Allah SWT. Kisah nabi nuh bagian ini memberitahu kita tentang seberapa peduli Allah SWT kepada umatnya.
Setelah mendapat petunjuk dan perintah, segera Nabi Nuh dan kaumnya yang taat membuat bahtera. Bahtera tersebut terbuat dari kayu jati. Pembuatan bahtera tersebut memerlukan waktu yang cukup lama yakni sekitar 40 tahun hingga bahtera tersebut dapat digunakan. Selama proses pembuatan bahtera itu pula kesabaran Nabi Nuh terus diuji berupa cemoohan dan hinaan dari kaumnya yang zalim.
Kaum Nuh yang zalim menganggap bahwa pekerjaan pembuatan bahtera tersebut merupakan pekerjaan sia-sia dan pekerjaan orang gila. Mereka menganggap tidak ada gunanya membangun bahtera diatas bukit gurun pasir yang tandus. Jangankan banjir, hujanpun tidak ada yang turun. Akan tetapi Nabi Nuh dan pengikutnya terus membangun bahtera tanpa mempedulikan hinaan dan cemoohan kaumnya.
Menurut Ibnu Abbas, seorang Thaif yang memiliki pengetahuan yang amat luas menyatakan bahwa bahtera Nuh ini memiliki ukuran panjang seluas 1.200 hasta atau sekitar 550 meter dan lebar 600 hasta atau sekitar 275 meter. Bahtera tersebut terdiri dari 3 tingkat yakni tingkat pertama diperuntukkan khusus untuk hewan-hewan, tingkat ke dua untuk pengikut Nabi Nuh, dan tingkat ketiga untuk bangsa burung.
Desain bahtera di bagian atasnya ditutup dengan penutup kayu agar seluruh penumpang dan isinya nantinya aman dan selamat ketika Allah melimpahkan azab kepada kaum Nuh yang durhaka kepada Allah SWT. Dinding bahtera dibuat sekuat mungkin untuk menahan derasnya air banjir yang akan membinasakan seluruh umat manusia yang zalim dan tidak beriman kepada Allah SWT.
Kemudian Nabi Nuh juga berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar nantinya setelah azab diturunkan, Allah tidak membiarkan seorang dari kaum maupun pemimpinyang zalim tersebut selamat dan tetap tinggal di muka bumi. Nabi Nuh tidak ingin nantinya mereka yang selamat akan kembali menyebabkan banyak umat manusia yang tersesat, berbuat maksiat, dan akan lebih zalim lagi.
Kemudian setelah bahtera Nuh selesai dibangun, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk bersiap-siap dan mengumpulkan umatnya serta perbekalan selama akan terjadinya banjir. Allah memberikan tanda berupa munculnya air dari dalam tannur atau sebuah Oven tradisional di dapur rumah Nabi Nuh. Hingga bila dimasukkan ke dalam logika, tidak mungkin sebuah oven dapat mengeluarkan sumber air. Kisah nabi nuh berikutnya tentang datangnya azab.
DATANGNYA AZAB BAGI KAUM NABI NUH YANG ZALIM
Maka suatu hari ketika tannur di dalam dapur Nabi Nuh menunjukkan tanda-tanda keluarnya air, Nabi Nuh kemudian segera mempersiapkan diri dan membuka bahteranya. Nabi Nuh mengumpulkan umatnya yang beriman untuk segera melindungi diri dan masuk ke dalam bahtera. Nabi Nuh juga membawa segala jenis binatang berpasang-pasangan mulai dari bintang buas, burung, gajah, sapi, hingga semut.
Pada hari itu pula malaikat Jibril turun ke bumi dan membantu Nabi Nuh mengumpulkan serta menggiring setiap dua binatang yang berpasangan agar nantinya setelah azab melanda seluruh dunia dan menenggelamkan daratan beserta isinya, setiap spesies binatang tidak punah dan bisa berkembang biak untuk generasi umat manusia selanjutnya. Peristiwa ini juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Menurut beberapa riwayat, hewan yang pertama kali dinaikkan adalah sepasang burung kakak tua sedangkan hewan terakhir yang dinaikkan adalah sepasang keledai. Diceritakan pula bahwa di pundak keledai, iblis ikut bergelantungan agar bisa masuk ke dalam bahtera Nuh dan mengganggu umat Nabi Nuh yang taat agar tidak masuk ke dalam. Peristiwa ini sudah tertulis dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 40.
Istri dan putra nabi Nuh Kan’an tidak beriman bahkan turut serta emncemoh bahtera Nabi Nuh sehingga mereka tidak ikut menaiki bahtera. Hanya ada sekitar 80 orang mukmin yang masuk ke dalam bahtera. Allah SWT dengan kuasanya telah mengatur segalanya sehingga agar hewan ternak tidak dimangsa oleh hewan buas, Allah menurunkan demam kepada hewan buas tersebut hingga naluri buasnya turun.
Setelah semua pengikut Nabi Nuh dan hewan-hewan masuk ke dalam bahtera, lalu pintu masuk dan seluruh pintu bahtera ditutup. Dengan kuasa Allah SWT, pemilik langit dan bumi, maka turunlah air hujan dari langit dan memerintahkan bumi mengeluarkan air dari berbagai penjuru dan celah-celah bumi. Seluruh celah bumi seolah seperti mata air yang mengeluarkan air dengan sangat deras tanpa hentinya.
Air hujan yang sangat deras terjadi dan belum pernah terjadi selama bumi diciptakan termasuk pula sesudahnya sampai sekarang tidak pernah terjadi hujan deras dengan begitu hebatnya. Air lautan kemudian bergejolak dan ombak dahsyat menerpa serta menyapu bumi beserta isinya. Dalam sekejap saja debit air semakin meninggi dan terjadilah air bah yang begitu dahsyatnya yang membanjiri bumi.
Seluruh permukaan bumi dipenuhi dengan air sehingga seluruh isinya tenggelam bersama kaum Nuh yang zalim. Bumi tenggelam dalam air sampai permukaan bumi tertinggi untuk pertama kalinya dan tidak pernah terjadi lagi sampai saat ini. Itulah azab berupa bencana yang Allah SWT kepadakaum Nabi Nuh yang sudah sangat menyimpang dari jalan Allah dan telah berbuat musyrik kepada Allah SWT.
PUTRA NABI NUH YANG TENGGELAM BANJIR
Nabi Nuh dikaruniai 4 orang putra yakni putra tertua bernama Kan’an kemudian yang kedua bernama Yafith, Sam dan Ham. Putra tertua Nabi Nuh merupakan anak yang zalim dan durhaka kepada Nabi Nuh. Dia menyembunyikan rasa benci pada ayahnya sendiri dan mula-mulanya berpura-pura beriman. Bahkan dia dan ibunya yang merupakan istri Nabi Nuh sering menghina dan mencemooh Nabi Nuh. Kisah nabi nuh bagian ini cukup sedih untuk dibaca.
Ketika Nabi Nuh mengumpulkan seluruh umatnya, beliau teringat akan putra tertuanya yaitu Kan’an. Beliau meminta agar Kan’an naik ke bahtera bersama pengikutnya yang lain. Namun dengan angkuhnya Kan’an menolak dan tetap pada pendiriannya tidak ingin beriman kepada Allah. Oleh karenanya, Kan’an termasuk golongan orang-orang yang merugi dan tidak diselamatkan oleh Allah SWT.
Ketika air bah sudah mulai meninggi, Nabi Nuh sebagai seorang ayah terus membujuk sang anak agar menaiki bahtera dan berkata “Hai anakku, naiklah ke kapan ini agar engkau selamat dari azab Allah dan janganlah engkau masuk ke dalam golongan orang kafir” (Q.S. Hud: 43) Akan tetapi Kanan justru menganggap bahwa bencana tersebut merupakan peristiwa alam biasa.
Kan’an kemudian menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memelihara ku dari air bah” dan di jawab pula oleh Nabi Nuh: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selai Allah (saja) yang Maha Penyayang.” Percakapan Nabi Nuh dan Kan’an tersebut termuat dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 43.
Banjir kemudian semakin meninggi dan Kan’an tetap tidak mau masuk ke dalam kapal dan ingin menyelamatkan diri dengan cara berenang menuju puncah gunung yang belum tersentuh air. Kan’an menganggap bahwa air tidak akan sampai ke puncak gunung tersebut. namun dugaannya ternyata salah, air banjir bahkan menenggelamkan puncak gunung tertinggi sekalipun.
Disela percakapan antara keduanya, muncullah gelombang besar yang memisahkan antara bahtera Nabi Nuh dengan Kan’an. Seketika Kan’an lenyap dari penglihatan Nabi Nuh. Nabi Nuh berusaha mencari keberadaan putra sulungnya akan tetapi sia-sia. Sebagai seorang ayah dan darah dagingnya, beliau sangat sedih karena putra yang amat disayanginya tenggelam oleh azab Allah.
Pada saat Kan’an tenggelam, Nabi Nuh sempat memohon kepada Allah agar putranya diselamatkan karena Nabi Nuh mengingat bahwa Allah telah menjanjikan keselamatan bagi seluruh keluarganya. Nabi Nuh kemudian bertanya-tanya mengapa putranya tidak selamat dari azab tersebut dan Allah menjawab bahwa putranya telah durhaka dan bukan termasuk keluarga yang dijanjikan Allah untuk selamat.
Percakapan antara Nabi Nuh dan Allah SWT dimuat dalam surah Hud yang artinya “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya” (QS. Hud :45). Kemudian Allah menjawab: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan selamat) sesungguhnya perbuatannya, perbuatan yang tidak baik. sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengathuan” (QS. Hud: 46).
Nabi Nuh kemudian menyadari kesalahannya dan segera memohon pengampunan kepada Allah SWT. Nabi Nuh kemudian mengikhlaskan kepergian putra dan istrinya yang zalim serta seluruh umatnya yang tidak percaya padanya dan lebih memilih menyembah berhala yang merupakan perbuatan musyrik yang sangat tidak disukai Allah SWT. Subhanallah, semoga dosa-dosa mereka diampuni Allah SWT. Kisah nabi nuh berlanjut dengan selamatnya bahtera nuh.
SELAMATNYA BAHTERA NUH BESERTA SELURUH ISINYA DARI AZAB ALLAH SWT
Sementara Allah menenggelamkan seluruh permukaan bumi dari manusia, pohon, bahkan sampai melebihi puncak gunung, Allah SWT memberikan perlindungan dan memilihara bahtera Nuh yang berlayar selama 150 hari di lautan tanpa batas sampai air banjir reda bersama umat mukmin yang beriman di dalamnya. Kapal terus berlayar hingga kaum Nuh yang zalim tidak tersisa.
Setelah seluruh kaum Nuh yang zalim tenggelam, kemudian Allah memerintahkan bumi menghisap seluruh air yang dan memerintahkan langit menghentikan hujan deras yang begitu dahsyat tersebut. Maka surutlah air bah yang telah menenggelamkan bumi dan tidak menyisakan satupun kaum Nuh yang zalim selamat dari satu-satunya bencana terbesar dan berdahsyat yang pernah terjadi di bumi Allah.
Setelah air banjir surut, bahtera Nabi Nuh kemudian terdampar di Gunung Judi. Di sanalah pengikut Nabi Nuh beristirahat dan memulai kehidupan baru yang damai dan bertakwa kepada Allah SWT. Banyak perselisihan pendapat yang terjadi mengenai letak gunung Judi karena beberapa sumber menyatakan bahwa gunung Judi yang dimaksud berada di Armenia, ada yang mengatakan di Irak atau di Turki.
KISAH SETELAH BANJIR DAN KETURUNAN NABI NUH
Setelah bahtera mendarat, keluarlah Nabi Nuh beserta ketiga putranya yang bertakwa dan seluruh pengikutnya yang berjumlah 80 orang. Kemudian turun juga hewan-hewan yang selamat. Di gunung inilah terjadi kehidupan baru dengan seluruh umat yang taat dan beriman kepada Allah serta jauh dari perbuatan tercela, musyrik, dan durhaka kepada Allah SWT.
Menurut riwayat, dikisahkan bahwa seluruh pengikut Nabi Nuh yang selamat dalam bahtera Nuh tersebut akan wafat dan tidak menyisakan keturunan satupun. Hanya putra-putra Nabi Nuh yakni Yafith, Sam, dan Ham yang memiliki keturunan. Hingga didapatkan kesimpulan bahwa seluruh umat manusia di muka bumi sekarang ini merupakan keturunan anak Nabi Nuh yang terbagi menjadi 3 turunan.
Yafith melahirkan keturunan bangsa Rum (Romawi) dan kini berkembang pesat menjadi bangsa Eropa. Sam dan keuturannya yang merupakan asal usul lahirnya bangsa Arab yang kini mendiami wilayah Arab dan Timur Tengah di benua Asia Barat. Serta putra terakhir yaitu Ham menghasilkan keturunan bangsa Habasyah yang kini merupakan keturunan bangsa Afrika yang mendiami wilayah benua Afrika.
Sekian pembahasan Kisah Nabi Nuh,semoga membawa manfaat bagi kalian semua. Amin...