Dalam hidup, setiap orang pasti pernah melewati
momen yang membuat hati tergores: keputusan yang salah, kesempatan yang
terlewat, atau pilihan yang ternyata tidak seperti harapan. Namun, menyesali
sesuatu yang sudah terjadi tidak akan mengubah apa pun—justru hanya membebani
langkah kita ke depan.
Islam mengajarkan bahwa apa pun yang terjadi
berada dalam lingkup takdir Allah. Bukan untuk membuat kita pasrah, tetapi
untuk mengajarkan kita dua hal penting: belajar dan melangkah.
Penyesalan yang berlarut hanya akan membuat hati terikat pada masa lalu,
sementara hidup menuntut kita untuk hadir pada hari ini dan berusaha untuk
besok.
Setiap pengalaman pahit adalah guru yang jujur.
Ia mengajari kita cara melihat lebih dalam, berpikir lebih matang, dan
memperbaiki diri. Kesalahan bukan tanda kehancuran, tetapi tanda bahwa Allah
masih memberi kita waktu untuk tumbuh. Bahkan kadang, apa yang kita sesali
ternyata justru mengantarkan kita pada jalan yang lebih baik.
Maka, berdamailah dengan masa lalu. Ambil
hikmahnya, tinggalkan lukanya. Yang sudah terjadi tidak bisa diulang, tetapi
kita selalu bisa memperbaiki diri dan memperbaiki hari esok. Hidup bukan
tentang apa yang sudah hilang, tapi tentang bagaimana kita mengolah yang
tersisa menjadi sesuatu yang lebih bermakna.
Teruslah melangkah. Allah tidak menilai masa
lalu kita, tetapi seberapa kuat tekad kita untuk berubah hari ini.
