Banyak orang mengukur kekayaan dari apa yang tersimpan di rekening, apa yang dimiliki, atau apa yang bisa dibeli. Padahal, ada satu bentuk kekayaan yang sering luput disadari, namun justru paling mahal nilainya: kemampuan bangun setiap pagi dan berkata dengan tenang, “Saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan hari ini.”
Kalimat itu bukan tentang hidup tanpa tanggung jawab, melainkan tentang kemerdekaan batin. Ia lahir dari jiwa yang tidak diperbudak oleh rasa takut, tekanan berlebihan, atau ambisi yang tak pernah selesai. Orang yang benar-benar kaya adalah mereka yang memiliki kendali atas waktunya, pikirannya, dan arah hidupnya.
Dalam perspektif Islam, kekayaan semacam ini sangat dekat dengan makna qana’ah dan tawakkal. Seseorang yang bangun pagi dengan hati lapang sejatinya adalah orang yang percaya bahwa rezeki telah diatur, usaha adalah kewajiban, dan hasil adalah wilayah Allah. Ia bekerja, bukan karena panik akan kekurangan, tetapi karena sadar akan amanah.
Kebebasan untuk memilih apa yang dilakukan hari ini juga berarti memiliki kesadaran. Ia tahu kapan harus bergerak, kapan harus berhenti, dan kapan harus diam. Banyak orang tampak sibuk, namun sesungguhnya lelah; tampak berhasil, namun jiwanya terpenjara. Sebaliknya, ada yang hidup sederhana, tetapi setiap paginya penuh makna karena ia hidup sesuai nilai yang diyakini.
Kemampuan berkata “saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan hari ini” juga lahir dari disiplin panjang. Ia bukan hadiah instan. Ia dibangun dari kesabaran, keberanian menolak hal yang tidak perlu, serta kejujuran pada diri sendiri tentang apa yang benar-benar penting.
Pada akhirnya, kekayaan sejati bukan soal seberapa banyak yang kita miliki, melainkan seberapa bebas kita hidup tanpa kehilangan arah. Jika suatu pagi kita bangun dengan hati tenang, niat lurus, dan pilihan ada di tangan kita maka mungkin, tanpa sadar, kita sudah menjadi orang yang sangat kaya.
