Ketika Orang Tua Meminta Anak Belajar Dahulu, Meski Pekerjaan Sudah Menanti


Di banyak keluarga, terutama yang sederhana, muncul dilema yang sering menguras hati: anak sudah punya semangat bekerja untuk membantu ekonomi rumah, namun orang tua justru meminta untuk tetap melanjutkan pendidikan.

Bagi anak, ini kadang terasa tidak adil. Ia berpikir lurus, dengan bekerja sekarang setidaknya ada uang masuk, bisa meringankan beban orang tua, bahkan sedikit memberi rasa bangga karena sudah bisa berdiri di atas kaki sendiri. Emosinya wajar: ingin membuktikan, ingin membantu, ingin segera mandiri.

Namun di sisi lain, orang tua memandang lebih jauh. Mereka bukan tidak bersyukur anaknya sudah siap kerja di usia muda, melainkan karena mereka tahu—hidup bukan hanya tentang hari ini. Ada masa depan panjang yang menunggu. Pendidikan adalah pondasi, bukan sekadar rutinitas sekolah, melainkan bekal agar kelak si anak bisa menjalani hidup dengan pijakan yang lebih kokoh.

Orang tua kadang harus “tidak beruntung” melihat anaknya bekerja lebih awal. Mereka rela menahan keinginan hati, demi satu hal: anak tidak hanya sekadar bisa hidup, tapi bisa hidup dengan layak dan bermartabat. Sebab mereka percaya, pendidikan bukan sekadar menunda kerja, tapi menyiapkan jalan agar kerja di masa depan lebih terarah, lebih bermakna, dan lebih berharga.

Anak mungkin merasa dipaksa mengalah, menunda cita-cita atau semangat mudanya. Tetapi di balik keputusan itu, ada kasih sayang yang dalam. Orang tua tahu betul, jika anak belajar dulu, meski terasa lama dan melelahkan, suatu hari ia akan berterima kasih karena tidak terjebak dalam lingkaran kerja serabutan tanpa arah.

Di sinilah pertemuan antara dua cinta: cinta anak yang ingin berkorban untuk orang tua, dan cinta orang tua yang ingin masa depan anaknya lebih baik. Perbedaan cara pandang ini kadang melahirkan benturan, tetapi sejatinya keduanya sama-sama berangkat dari ketulusan.

Maka, meski kerja bisa menghidupkan ekonomi hari ini, orang tua lebih memilih anaknya tetap di bangku pendidikan. Karena mereka percaya, ilmu yang dikuasai akan menghidupkan ekonomi bukan hanya untuk sesaat, tapi sepanjang kehidupan.

Post a Comment

Previous Post Next Post