Ada satu hari dalam setahun,
yang begitu mulia di hadapan-Mu, ya Allah.
Hari di mana langit-Mu dipenuhi doa,
dan bumi-Mu basah oleh air mata taubat.
Hari itu bukan hari biasa.
Itulah Arafah.
Hari yang hanya datang sekali dalam setahun,
namun bisa membawa perubahan sepanjang usia.
Tahun-tahun sebelumnya… entah mengapa aku sering melewatkannya.
Bukan karena tak tahu keutamaannya,
bukan pula karena tak butuh ampunan.
Tapi mungkin karena lalai,
atau terlalu sibuk dengan hal-hal yang seharusnya bisa ditunda.
Kini, ketika Arafah kembali mendekat,
hatiku mulai bicara pelan-pelan:
"Jangan lagi seperti dulu. Jangan lagi kau abaikan waktu seagung ini."
Ada kerinduan dalam dada,
bukan hanya pada suasana suci di Padang Arafah,
tetapi pada perasaan tenteram saat benar-benar berserah kepada-Mu.
Ya Allah…
Aku tahu diri ini jauh dari sempurna.
Aku tahu banyak waktu telah kulewati tanpa benar-benar mengingat-Mu.
Namun sungguh, aku ingin mendekat.
Bukan dengan kesombongan,
tapi dengan harap yang sederhana:
semoga Engkau berkenan mengampuni.
Ya Allah…
Jika Engkau beri kesempatan di hari Arafah ini,
aku ingin menundukkan diri sepenuhnya.
Bukan hanya lewat lisan,
tapi dari dalam hati yang ingin pulang.
Aku tak ingin membandingkan diri dengan orang lain,
aku tahu masing-masing kami membawa cerita dan luka sendiri.
Namun izinkan aku, dengan segala kekurangan,
datang kepada-Mu sebagai hamba yang rindu akan ampunan-Mu.
Ya Allah, aku tahu...
Ampunan-Mu tak menunggu orang sempurna.
Taubat-Mu terbuka bagi siapa saja yang sungguh-sungguh ingin berubah.
Dan di hari Arafah ini,
aku tak ingin jadi orang yang sekadar tahu keutamaannya,
lalu kembali sibuk seperti tak ada yang perlu dikejar.
Aku ingin menjadi hamba yang sadar:
bahwa kesempatan tak datang terus-menerus.
Bahwa waktu bisa habis kapan saja.
Bahwa mungkin, tahun ini adalah Arafah terakhir bagiku.
Maka, ya Rabb...
Bimbing aku untuk memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.
Kuatkan niatku agar tak sekadar tersentuh,
tapi benar-benar berubah.
"Tahun ini, aku tak ingin momen Arafah berlalu begitu saja. Aku ingin datang kepada-Mu, bukan dengan banyak amal, tapi dengan hati yang menyesal dan berharap. Jika Engkau terima, itu sudah lebih dari cukup bagiku."