Ibu, Mengapa Engkau Biarkan Ayah Memisahkan Kita di Pesantren Ini?

Senja itu tidak terlalu merah. Tapi cukup untuk membuat hati ini terasa koyak.
Dedaunan diam di ranting. Angin pun hanya berani lewat pelan.
Di sebuah kamar pesantren yang sunyi, seorang santri memeluk lututnya. Menunduk. Menggigil, bukan karena dingin—tapi karena rindu yang tiba-tiba tak bisa ditahan.

Dan dalam diamnya, ia berbisik. Bukan kepada temannya. Bukan kepada ustadznya. Tapi kepada Ibu. Sosok yang selalu ia percaya tak akan membiarkannya merasa sendiri

Aduh Dalam Doa

Ibu...
Apa engkau tahu betapa sunyinya kamar ini tanpamu?
Kenapa engkau diam saja ketika Ayah memintaku tinggal di sini?
Kenapa engkau hanya mengangguk dan tersenyum kecil, padahal aku tahu matamu sedang menjerit?

Kenapa engkau tidak menarikku kembali ke pelukanmu?
Apa karena kau tahu aku harus kuat?
Atau... karena sebenarnya engkau juga rapuh, tapi sedang belajar ikhlas lebih dulu?

Jejak yang Tertinggal

Ia masih ingat betul, bagaimana tangan Ibu mengusap kepalanya saat di gerbang.
Senyum yang dipaksa tenang, padahal pipi sudah basah lebih dulu.

"Nak... belajarlah kuat. Ibu bukan meninggalkan. Ibu sedang menanam kamu di tanah ilmu, agar kelak tumbuh kokoh seperti pohon yang menaungi banyak orang."

Waktu itu, ia hanya diam. Tapi kini, kata-kata itu kembali—menghantam hatinya yang belum sepenuhnya rela.

Rindu yang Mulai Menemukan Makna

Ia belajar bangun sendiri saat Subuh.
Ia belajar menangis tanpa harus dipeluk.
Ia belajar bahwa sepi bisa diisi dengan dzikir.
Dan ternyata... di sela rasa berat itu, ada cahaya yang pelan-pelan menyusup.

Kini ia mulai mengerti,
bahwa cinta Ibu bukan soal memeluk terus,
tapi tahu kapan harus melepaskan.

Untuk Para Ibu yang Pernah Dituduh Diam

Kadang, anak-anak mengira Ibu tega.
Mengira Ibu diam saja saat mereka "dijauhkan".
Padahal... dalam diam itu, ada sejuta doa yang dikirim setiap malam,
agar anaknya menjadi lebih dari sekadar anak baik—tapi menjadi insan yang dirindukan langit.

Dan kelak, saat waktu memeluk kedewasaan,
seorang santri akan bersujud dan berkata dalam doa paling dalam:

"Ibu… maaf dulu aku mengaduh. Ternyata, engkaulah yang paling mencintaiku dengan cara yang paling kuat."

Post a Comment

Previous Post Next Post