Bagi seorang santri, liburan adalah madrasah kedua: ruang untuk menguji ilmu, adab, dan akhlak yang selama ini ditempa di pesantren, lalu dipraktikkan di tengah masyarakat. Maka, sebelum melangkah pulang, ada beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan oleh santri agar keberadaannya membawa manfaat dan keberkahan.
1. Persiapan Hati
Santri harus pulang dengan hati yang lurus: berniat untuk membahagiakan orang tua, menebar kebaikan, serta menjaga marwah pesantren. Jangan sampai liburan menjadi ajang melupakan nilai-nilai pesantren, tetapi justru menjadi kesempatan untuk memperlihatkan bahwa santri bisa menjaga diri di mana pun berada.
2. Persiapan Ilmu
Ilmu yang dipelajari di pesantren, meski sederhana, harus siap diamalkan. Mulai dari adab sehari-hari, bacaan doa, hingga keterampilan mengajar ngaji di langgar atau masjid kampung. Santri tidak dituntut serba bisa, tetapi dituntut mampu memberi manfaat sekecil apa pun dari ilmu yang ia punya.
3. Persiapan Adab dan Sikap
Di tengah masyarakat, santri sering menjadi panutan. Karena itu, tutur kata, cara berpakaian, dan sikap sehari-hari harus dijaga. Ketenangan, sopan santun, dan sikap rendah hati adalah pakaian yang lebih berharga dibanding penampilan luar semata.
4. Persiapan Sosial
Liburan adalah saat yang tepat untuk menjalin silaturahim: membantu orang tua, bergaul baik dengan tetangga, ikut bergotong-royong, dan menjadi teladan di lingkungan. Dari sinilah santri belajar bahwa ilmu tidak hanya dipraktikkan di kelas, tetapi juga di ladang kehidupan sosial.
5. Persiapan Ruhani
Liburan tidak boleh menjauhkan santri dari wirid, shalat berjamaah, dan bacaan Al-Qur’an. Justru inilah saat mengukur sejauh mana keteguhan ruhani yang terbentuk di pondok bisa bertahan di luar.
Kesimpulannya, liburan bagi santri bukan berarti libur dari adab, ilmu, dan amal. Justru ini adalah fase penting untuk membuktikan bahwa hasil pendidikan pesantren bisa hidup di tengah masyarakat. Dengan hati yang bersih, ilmu yang diamalkan, adab yang dijaga, serta ruhani yang terus dirawat, seorang santri akan selalu membawa cahaya—di pesantren maupun di kampung halamannya.