
Pulau Bawean, sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Jawa dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Gresik, Jawa Timur, menyimpan kekayaan sejarah dan budaya Islam yang mendalam. Meski kecil secara geografis, Bawean memiliki peran besar dalam menjaga, merawat, dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang berpadu erat dengan tradisi lokal.
Awal Masuknya Islam ke Bawean
Islam masuk ke Pulau Bawean diperkirakan sejak abad ke-15 M, seiring dengan penyebaran Islam di wilayah pesisir utara Jawa oleh para wali dan ulama dari Gresik, Tuban, hingga Surabaya. Karena letaknya yang strategis sebagai jalur pelayaran, Bawean menjadi tempat persinggahan para pedagang Muslim, termasuk dari Arab, Gujarat, dan Melayu. Mereka tak hanya berdagang, tetapi juga berdakwah.
Jejak awal Islam di Bawean dapat dilihat dari berdirinya masjid-masjid tua dan adanya makam-makam keramat para tokoh penyebar Islam. Salah satu yang paling dikenal adalah Makam Maulana Umar Mas’ud, yang dipercaya sebagai salah satu tokoh penting dalam Islamisasi Bawean.
Islam Sebagai Identitas Sosial
Saat ini, mayoritas penduduk Bawean adalah Muslim. Islam bukan hanya agama, tapi telah menjadi identitas sosial dan budaya yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi-tradisi lokal seperti Molod (peringatan Maulid Nabi), Tahlilan, Haul, dan pengajian rutin merupakan bentuk nyata keberislaman masyarakat Bawean.
Pendidikan agama juga sangat ditekankan. Banyak anak-anak yang sejak dini telah belajar di madrasah dan pesantren. Bawean dikenal memiliki banyak pesantren yang menjadi pusat pembelajaran Islam, seperti Pondok Pesantren Hasan Jufri di Tambak, yang menjadi pusat pembinaan keilmuan, akhlak, dan kaderisasi santri.
Tradisi dan Modernitas dalam Naungan Islam
Meskipun modernisasi mulai merambah, masyarakat Bawean tetap menjaga nilai-nilai Islam yang diwariskan oleh para leluhur. Pakaian sopan, tata krama Islami, serta semangat gotong royong masih terasa kuat di tengah masyarakat.
Hal menarik lainnya adalah peran perempuan Bawean dalam dakwah dan pendidikan. Di banyak tempat, perempuan aktif dalam majelis taklim, organisasi keagamaan, dan kegiatan sosial Islami lainnya.
Hikmah dan Peran Bawean dalam Konteks Lebih Luas
Pulau Bawean memberi pelajaran bahwa Islam bisa tumbuh subur tanpa harus meniadakan budaya. Justru dengan pendekatan yang bijak dan penuh kasih sayang, Islam mampu menyatu dalam denyut nadi kehidupan masyarakat.
Bawean juga telah melahirkan banyak tokoh agama yang berdakwah hingga ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura, membuat pulau ini dijuluki “Pulau Putri” karena banyak laki-lakinya yang merantau, namun tetap membawa nama baik Islam dan Bawean di perantauan.