Dalam perjalanan hidup ini, kita semua pasti pernah merasa benar. Merasa paling tahu, paling paham, bahkan paling tepat. Namun kenyataannya, manusia bukanlah makhluk sempurna. Kita tak lepas dari salah, keliru, atau tersesat arah. Justru di sanalah letak keindahan sebuah nasihat dan teguran ia datang sebagai cahaya yang mengingatkan, bukan sebagai ancaman yang menghancurkan.
Teguran sering kali datang tanpa diminta. Kadang lewat ucapan sahabat, sindiran orang tua, atau bahkan diamnya seseorang yang kecewa. Respons kitalah yang menentukan: akankah teguran itu menjadi pintu menuju perbaikan, atau justru menjadi tembok penghalang kebaikan karena ego yang mengeras?
Belajarlah menerima teguran. Bukan karena orang yang menegur pasti lebih baik, melainkan karena teguran adalah cermin yang memperlihatkan sisi diri yang selama ini luput dari pandangan kita sendiri. Menolak teguran sama saja dengan memecahkan cermin hanya karena tak suka dengan pantulan yang dilihat.
Seorang bijak pernah berkata, “Orang yang beruntung adalah mereka yang mampu mengambil pelajaran bahkan dari ucapan musuhnya.” Maka, jangan buru-buru tersinggung. Belajarlah mendengarkan dengan hati yang lapang. Boleh jadi, teguran itu adalah bentuk cinta yang paling jujur, yang datang bukan untuk merendahkan, tetapi mengangkat kita dari kelalaian.
Mengakui kesalahan bukan tanda kelemahan. Justru ia tanda kekuatan hati dan kelapangan jiwa. Hanya orang yang rendah hatilah yang mampu berkata, “Aku salah, dan aku ingin berubah.” Sedangkan kesombongan hanya akan menjauhkan kita dari kebenaran, perlahan tapi pasti.
Dalam Islam pun, Rasulullah ﷺ memberi teladan luar biasa dalam menerima masukan. Meski beliau adalah manusia paling mulia dan dijaga dari kesalahan, beliau tetap membuka telinga dan hati terhadap masukan sahabat. Maka siapalah kita yang tak mau ditegur?
Akhirnya, ingatlah: kita tidak selamanya benar. Maka jangan merasa hina karena ditegur, dan jangan merasa tinggi karena menegur. Teguran adalah tanda bahwa Allah masih menyayangi kita, masih mengirim orang-orang yang peduli pada kebaikan kita. Terimalah dengan hati yang bersih, karena di balik setiap teguran yang tulus, selalu tersimpan peluang untuk menjadi versi diri yang lebih baik.