Kisah Nabi Ibrahim As

 


Kelahiran dan Lingkungan Penyembah Berhala

Nabi Ibrahim lahir di tengah masyarakat Babilonia (Irak sekarang), yang dipenuhi dengan penyembahan berhala. Bahkan ayahnya sendiri, Azar, adalah pembuat patung. Sejak kecil, Ibrahim sudah berpikir kritis dan tidak menerima kepercayaan tersebut.

QS Al-An’am: 74
“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar: ‘Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.’”


Pencarian Tuhan

Dalam perjalanan spiritualnya, Ibrahim mengamati alam semesta. Ia sempat memperhatikan bintang, bulan, dan matahari, namun menyadari bahwa semua itu bukan Tuhan sejati karena terbenam dan hilang.

QS Al-An’am: 76-79
“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.”


Menghancurkan Berhala

Suatu hari, ketika kaumnya sedang berpesta, Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala di kuil dan hanya menyisakan yang terbesar. Ia menggantungkan kapak pada patung besar itu. Ketika ditanya siapa pelakunya, ia menjawab:

“Tanyakan saja kepada berhala besar itu, jika ia bisa berbicara.”

Kaum itu pun merasa malu, namun tetap keras kepala dalam kekufuran. Nabi Ibrahim akhirnya dibakar hidup-hidup, tetapi Allah menyelamatkannya.

QS Al-Anbiya: 69
“Wahai api! Jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.”


Hijrah dan Keluarga

Setelah itu, Nabi Ibrahim hijrah bersama istrinya, Sarah. Di usia lanjut, ia dikaruniai anak, yaitu:

  • Ismail ‘alaihissalam, dari Hajar

  • Ishaq ‘alaihissalam, dari Sarah


Perintah Menyembelih Ismail

Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih Ismail. Ia mengabarkan ini kepada anaknya, dan Ismail dengan taat menjawab:

“Wahai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS Ash-Shaffat: 102)

Namun ketika penyembelihan akan dilakukan, Allah mengganti Ismail dengan seekor domba, sebagai bentuk ujian keimanan yang telah dilalui.


Membangun Ka'bah

Bersama Ismail, Nabi Ibrahim juga membangun Ka’bah sebagai pusat ibadah tauhid di Mekkah.

QS Al-Baqarah: 127
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi-fondasi Baitullah bersama Ismail, seraya berdoa: ‘Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan ini)...’”


Wafatnya

Nabi Ibrahim wafat di usia lanjut, meninggalkan warisan iman, tauhid, dan keteladanan dalam pengorbanan serta ketaatan kepada Allah. Namanya selalu disebut dalam doa salawat:

"Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad, kama shallaita ‘ala Ibrahim..."

Post a Comment

Previous Post Next Post