Mengalami prasangka buruk atau su'uzon terhadap orang lain bukanlah
hal yang sepele. Hal ini adalah penyakit yang berbahaya yang dapat mengancam
keimanan seseorang. Orang yang terkena penyakit ini cenderung jauh dari
kesalehan.
Sehingga ayat Al-Qur’an yang berbicara mengenai hal ini ditutup
dengan perintah untuk bertakwa dan bertaubat. Allah SWT berfirman:
يا ايّها الذين أمنوااجْتَنِبُوا كَثيرًا من الظَّنِّ* إن بعضَ الظنِّ
إثْمٌ ولا تجَسَّسُوا ولا يَغْتَبْ بعضُكم بعضًا* أيُحِبُّ احدُكم أن يأكُلَ لحْمَ
أخِيه مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوه* واتّقوااللهَ إنّ اللهَ توّابٌ رحيم
“Wahai orang-orang yang beriman,
jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara
kamu sekalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian
yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik.
Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha
Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Ayat di atas melarang prasangka buruk yang mengandung dosa.
Prasangka buruk merupakan sebuah penyakit hati yang sangat berbahaya karena
dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang menjadi tidak terpuji.
Meskipun prasangka buruk tidak berwujud dalam tindakan fisik yang konkret,
namun dampaknya sangat merusak dan bisa membuat seseorang melakukan hal-hal
yang tidak baik. Oleh karena itu, sangat penting untuk menghindari prasangka
buruk dalam hubungan antar sesama.
Oleh karena itu, meskipun su’uzon merupakan prasangka di dalam
hati, ia tetap dilarang karena banyak mengandung dosa. Bahkan dalam sebuah
hadits, Rasulullah SAW menyebut prasangka (buruk) sebagai “ucapan” yang paling
dusta. Beliau bersabda:
اِيّاكُم
والظنَّ فاِن الظنَّ اَكْذَبُ الحَدِيث
"Jauhilah prasangka buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling
dusta.” (HR. Al-Bukhari) Hadits di atas sangat penting untuk direnungkan dan
dipahami karena penyakit hati berupa prasangka buruk merupakan maksiat yang
samar dan terkadang diremehkan oleh manusia. Padahal Rasulullah SAW menyamakan
prasangka buruk yang hanya berupa pikiran dan belum diucapkan itu dengan
ucapan, bahkan ia disamakan dengan perkataan yang paling dusta.