Di antara dingin subuh dan lantai yang basah,
seorang santri berdiri, menata hatinya yang lelah.
Ia tahu, perjalanan ini bukan tentang cepat,
tapi tentang seberapa kuat ia tetap mendekap niat.
Di balik kitab yang menguning oleh waktu,
terdapat doa-doa yang diam-diam tumbuh.
Setiap huruf ia baca bukan sekadar ilmu,
melainkan cahaya yang perlahan mengubah arah hidupnya.
Kadang rindu pulang mencolek dari kejauhan,
kadang ujian datang tanpa permisi dan peringatan.
Namun santri belajar satu hal yang pasti:
bahwa lelah di jalan Allah tak pernah menjadi sia-sia.
Ia berjalan, jatuh, bangkit, lalu berjalan lagi—
begitu seterusnya sampai hatinya mengerti,
bahwa perjuangan bukan untuk dilihat manusia,
melainkan untuk disaksikan Tuhannya sendiri.
Dan ketika malam menutup hari dengan sunyi,
santri itu menunduk, memohon agar langkahnya diberkahi.
Sebab ia paham, dari setiap perjuangan kecil hari ini,
Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih indah nanti.
.jpg)