Sebenarnya Apa Warisan Rasulullah Saw Yang Sesungguhnya

 




Banyak orang di dunia mengukur warisan dari sudut pandang materi tanah, emas, perhiasan, atau kekayaan yang bisa diwariskan kepada keturunan. Namun, Rasulullah Saw justru meninggalkan sebuah teladan yang mengubah persepsi itu selamanya.

Sabda beliau yang diriwayatkan oleh Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu menegaskan:

"Para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak."
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)

1. Warisan Rasulullah Saw Bukan Harta

Rasulullah Saw tidak meninggalkan kekayaan dunia untuk ahli warisnya. Bahkan, beliau wafat sementara baju besi beliau tergadai pada seorang Yahudi untuk membeli makanan bagi keluarganya. Ini menjadi isyarat bahwa misi beliau bukan untuk mengumpulkan harta, tetapi untuk mengantarkan manusia pada petunjuk.

Dalam hadits riwayat Bukhari, beliau menegaskan:

"Kami (para nabi) tidak diwariskan dinar dan dirham, yang kami wariskan hanyalah ilmu."

2. Ilmu sebagai Warisan Utama

Ilmu yang dimaksud adalah ilmu wahyu pengetahuan yang menghubungkan manusia kepada Allah dan mengatur kehidupan mereka sesuai petunjuk-Nya.
Warisan ini abadi. Harta bisa habis, kedudukan bisa runtuh, tetapi ilmu yang diamalkan akan terus mengalir pahalanya hingga akhir zaman.

Warisan ini meliputi:

  • Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.

  • Sunnah Nabi sebagai penjelasan dan contoh nyata penerapan wahyu.

  • Akhlak mulia yang menjadi cermin Islam.

3. Tugas Umat: Menjaga dan Menyebarkan

Warisan ilmu bukan sekadar untuk diketahui, tetapi untuk dijaga, diamalkan, dan diajarkan kembali. Dalam pandangan Rasulullah Saw, siapa pun yang memegang warisan ini berarti ia memegang “bagian yang banyak”, yakni kemuliaan yang tak ternilai.

Di sinilah peran ulama, guru, dan penuntut ilmu: mereka adalah rantai yang menghubungkan umat dengan warisan Rasulullah Saw. Mengabaikan mereka berarti mengabaikan warisan itu sendiri.

4. Ukuran Keberhasilan Mewarisi

Seseorang tidak disebut pewaris Rasulullah Saw hanya karena menghafal hadits atau menguasai kitab. Pewarisan sejati terjadi ketika ilmu itu:

  • Membuat hati semakin tunduk kepada Allah.

  • Membimbing langkah untuk mengamalkan kebenaran.

  • Menghindarkan diri dari keburukan.

  • Menjadi cahaya bagi orang lain.

5. Mengapa Warisan Ini Istimewa

  • Tidak habis dibagi.

  • Tidak berkurang meski diajarkan ke banyak orang.

  • Tidak terpengaruh oleh waktu atau keadaan.

  • Memberi manfaat hingga akhirat.


Kesimpulan

Warisan sejati Rasulullah Saw bukanlah istana megah, bukan peti emas, bukan kekuasaan politik, tetapi ilmu yang menuntun manusia menuju keselamatan dunia dan akhirat. Barangsiapa menginginkannya, ia harus menempuh jalan menuntut ilmu, menjaga kemurniannya, dan menyebarkannya dengan keikhlasan.

Karena pada akhirnya, harta akan terkubur bersama dunia, sementara warisan Rasulullah Saw akan terus hidup selama masih ada hati yang mau mempelajari dan mengamalkan


Wallahu A'lam...



Post a Comment

Previous Post Next Post