Di tengah hiruk-pikuk cinta yang datang silih berganti, kejombloan
sering kali dipandang sebagai sebuah kekurangan, seakan-akan hidup tak lengkap
bila tak memiliki pasangan. Padahal, sesungguhnya dalam kesendirian, ada
keindahan yang sering luput dari pandangan keindahan yang tenang, jujur, dan
membebaskan.
Kesendirian membebaskanmu dari rasa sakit yang tak perlu. Tak ada
hati yang harus kau jaga, tak ada luka yang harus kau sembuhkan. Tidak ada
janji yang terpaksa ditepati, tidak ada rindu yang memberatkan malam-malammu.
Semua terasa ringan, hening, dan damai.
Di saat sendiri, engkau belajar berdialog dengan diri sendiri.
Engkau menjadi sahabat terbaik bagi hatimu sendiri. Tidak ada kebisingan
perasaan yang tak jelas, tidak ada drama yang menguras energi. Hanya ada kamu
dan ketenanganmu yang sering kali lebih berharga dari seribu perhatian yang
semu.
Kejombloan bukanlah nasib buruk. Ia adalah fase. Ia adalah ruang
sunyi yang Tuhan ciptakan agar kamu belajar mencintai dirimu sebelum mencintai
yang lain. Sebuah masa di mana kamu bebas bermimpi, bertumbuh, dan berprosestanpa
gangguan rasa cemburu, tuntutan perhatian, atau kecemasan akan kehilangan.
Sebab, dalam kejombloan, kamu bebas menjadi utuh. Tidak setengah.
Tidak bergantung. Kamu bisa berjalan sejauh mungkin, tanpa harus menoleh untuk
memastikan ada yang mengikutimu dari belakang.
Dan jika suatu hari cinta itu datang, biarlah ia menemukanmu dalam
keadaan utuh bukan patah. Dalam keadaan siap berbagi, bukan mencari
pelampiasan.
Jadi untuk sekarang, nikmatilah kejombloanmu. Tidak ada luka, tidak
ada perpisahan, tidak ada air mata karena perasaan yang tak terbalas. Yang ada
hanyalah kamu dan kedamaian yang kamu peluk dengan penuh syukur.
Karena sesungguhnya, kesendirian itu bukan kekurangan. Ia adalah
waktu yang Tuhan hadiahkan untukmu agar kamu bisa benar-benar mengenal siapa
dirimu sebelum kamu dikenalkan pada siapa jodohmu.