Di antara jejak
langkah Rasulullah ﷺ yang penuh cahaya dan
kesabaran, ada satu kisah yang mengguncang jiwa—kisah saat beliau terkena
sihir. Bukan sembarang sihir, melainkan sihir yang menusuk dari balik
bayang-bayang gelap kebencian, dilakukan oleh seorang bernama Labid bin
Al-A’sham, dari kalangan Yahudi Madinah.
Labid bukan
sekadar pendengki, ia adalah seorang tukang sihir yang licik. Dengan rambut
Rasulullah yang rontok dan sisir beliau, Labid melilitkan sihirnya pada serat
mayang kurma, lalu menyembunyikannya di dasar sebuah sumur bernama Dzarwan. Ia
berharap bisa meredupkan cahaya kenabian itu. Tapi Allah, Tuhan pemilik langit
dan bumi, tak pernah lalai menjaga kekasih-Nya.
Hari-hari
berlalu, Rasulullah ﷺ mulai merasa aneh.
Beliau membayangkan telah melakukan sesuatu, padahal belum. Raga beliau sehat,
namun ada sesuatu yang tak terlihat—menyusup lembut namun menyakitkan.
Namun lihatlah,
betapa Allah tidak membiarkan hamba pilihan-Nya berjalan sendirian dalam gelap.
Dalam mimpinya, Rasulullah ﷺ didatangi oleh dua
malaikat yang mengungkapkan segala rahasia: siapa pelakunya, bagaimana cara
sihir itu dilakukan, dan di mana ia disembunyikan.
Dengan tenang,
Rasulullah ﷺ mengutus beberapa sahabat untuk mengambil
benda sihir itu dari dasar sumur. Dan saat itulah, dua surat agung diturunkan: Al-Falaq
dan An-Nas—dua pelindung dari segala kejahatan yang tersembunyi.
Dengan
ayat-ayat itu, Rasulullah ﷺ melantunkan doa demi
doa, dan sihir itu pun sirna—seperti kabut pagi yang hilang dihempas cahaya
mentari.
Tapi yang paling menggetarkan hati bukan sekadar mujizatnya, melainkan bagaimana Rasulullah ﷺ—dalam derita yang sunyi—tak sekalipun memendam dendam. Beliau tidak membalas Labid dengan kekerasan, tak menuntut balas. Karena yang beliau ajarkan pada dunia adalah kasih dan keadilan. Dan karena beliau yakin, tak ada sihir yang lebih kuat dari rahmat Allah.
✨ Pelajaran
Mendalam dari Kisah Ini
- Bahkan kekasih Allah pun diuji, maka
jangan heran bila kita diuji juga.
- Doa adalah benteng paling kuat, terutama
di dunia yang tak terlihat.
- Maaf dan kelembutan lebih mulia dari
pembalasan.
- Cinta Allah kepada Rasul-Nya, terlihat
dalam setiap perlindungan yang tak terduga.