Dalam perjalanan spiritual seorang salik (pencari jalan Allah),
tarekat bukan sekadar amalan wirid, zikir, atau penyucian jiwa. Lebih dari itu,
hakikat paling utama dari tarekat adalah meniti jalan ilmu—mencarinya dengan
penuh keikhlasan dan mengajarkannya sebagai bentuk pengabdian.
Tarekat berasal dari kata ṭarīqah, yang berarti jalan. Jalan
menuju siapa? Menuju Allah, Maka mustahil seseorang dapat
berjalan kepada Allah tanpa cahaya ilmu sebagai penuntun. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju surga.”
(HR. Muslim)
Ilmu: Ruh dari Segala Amal Tarekat
Dalam tarekat, amal tanpa ilmu adalah kebutaan. Banyak ulama sufi
besar seperti Imam Al-Ghazali, Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, dan Imam Junaid
al-Baghdadi yang menekankan bahwa ilmu adalah dasar segala laku tasawuf. Mereka
adalah para ulama sebelum menjadi sufi, bukan sufi tanpa ilmu. Bahkan Imam
Al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumuddin menyatakan bahwa ilmu adalah awal
dari segala kebaikan dan kesesatan dalam ibadah kerap berasal dari kebodohan
yang dibungkus semangat semu.
Mencari Ilmu: Adab Seorang Murid Tarekat
Dalam dunia tarekat, murid tidak hanya diperintahkan untuk
berdzikir dan bermujahadah, tetapi juga duduk dalam halaqah ilmu. Bahkan zikir
yang benar harus didasari ilmu agar tidak terjatuh pada kekeliruan. Mencari
ilmu dalam tarekat bukan sekadar menghafal, tetapi memahami, mengamalkan, dan
meresapi makna ilahiyah di balik setiap ajaran.
Mengajarkan Ilmu: Jalan Menuju Cahaya Abadi
Tak berhenti pada mencari ilmu, seorang salik yang telah diberikan
sedikit cahaya ilmu memiliki tanggung jawab untuk menyebarkannya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan
mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)
Tarekat sejati tidak menjadikan seseorang eksklusif dalam kesalehan
pribadi, tetapi aktif dalam menerangi umat. Mengajarkan ilmu adalah bentuk
nyata dari cinta kepada Allah dan hamba-Nya.
Ilmu Jalan Awal dan Akhir Tarekat
Tarekat sejati dimulai dengan ilmu dan kembali pada ilmu. Semakin
tinggi maqam seseorang, semakin dalam pula penguasaannya terhadap ilmu. Ilmu
bukan hanya pelita dalam kegelapan, tetapi kendaraan menuju makrifat. Maka
siapa yang serius meniti tarekat, wajib memuliakan ilmu dan berusaha menjadi
penyebarnya.
Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:
“Sesungguhnya semua jalan menuju Allah tertutup, kecuali bagi orang
yang mengikuti jejak Rasulullah ﷺ dan membawa lentera
ilmu.”