Mondoklah, Nak.
Biar nanti, di malam yang sepi, ada nama ayah dan ibu yang kau sebut dalam
sujud panjangmu.
Biar saat kami tak lagi bisa menjawab sapa, ada zikir yang tetap mengalir dari
bibirmu—anak yang pernah kami titipkan pada para pewaris nabi.
Karena kami tahu, kelak dunia akan memudarkan segalanya, kecuali ilmu dan adab
yang tumbuh dalam jiwamu.
Hasan Jufri, Tempat Anak Kami
Belajar Menjadi Amanah
Kami memilih pondok ini bukan karena
ingin anak kami dilihat banyak orang.
Tapi karena kami ingin ia terlihat oleh langit.
Di sini, azan tak sekadar penanda waktu, tapi ajakan untuk pulang—kepada Tuhan.
Setiap peluh saat bersih-bersih, setiap jaga malam, setiap hafalan yang
diulang-ulang, semua jadi bekal mendekati ridha-Nya.
Guru-gurunya bukan sekadar pengajar. Mereka pengasuh jiwa, yang ilmunya akan bersaksi nanti di hadapan Allah.
Ayah Bunda… Saat Anakmu Mondok, Ia
Sedang Belajar Memikul Cahaya
Anak-anak sekarang pandai bicara, cepat menulis, tapi tak selalu tahu kepada siapa mereka harus kembali.
Maka di pondok ini, mereka tidak diajak jadi pintar lebih dulu, tapi diajak
untuk mengerti bagaimana diam itu adab, dan sabar itu jalan.
Mereka bangun saat orang lain masih nyenyak.
Mereka menghafal saat dunia sibuk mencari sorotan.
Dan mereka belajar bukan untuk lomba, tapi untuk pulang membawa makna.
Saat Anakmu Memilih Jalan Sunyi, Ia
Sedang Menyiapkan Diri untuk Abadi
Ia mungkin tidak cerita kalau
bajunya ia cuci sendiri.
Tidak bilang kalau rindunya pada rumah kadang menyiksa.
Tapi semuanya ia bawa ke dalam sujud.
Ia tidak tumbuh cepat. Tapi tumbuhnya dalam—dalam keyakinan, dalam pemahaman,
dalam kekuatan.
Dan itulah yang kami sebut kemuliaan.
Hasan Jufri, Tempat Air Mata dan Doa
Bertemu
Anakmu akan merasa gagal, lalu
mencoba lagi.
Akan jatuh, lalu belajar bangkit.
Akan salah, lalu minta maaf.
Ia akan tahu bahwa hidup tak selalu mudah. Tapi bisa dijalani dengan ikhlas.
Ia akan tahu bahwa pujian bukan tujuan.
Dan bahwa ilmu bukan hiasan—tapi bekal pulang yang tak akan lapuk dimakan
zaman.
Ayah, Ibu… Mondokkanlah Anakmu,
Bukan Karena Engkau Ingin Melepas, Tapi Karena Kau Ingin Ia Pulang dengan Akar
yang Kuat
Mondoklah, Nak.
Agar jika suatu saat kami tiada, kau tidak hanya menangis di pusara kami,
tapi mendoakan kami dengan Fatihah, Yasin, dan doa-doa yang kau panjatkan dari
tempat yang pernah mendidikmu dengan cinta: pondok.
Hasan Jufri bukan tempat biasa.
Ia tanah yang subur untuk menanam cita-cita akhirat.
Tanamlah anakmu di sana.
Kelak kau akan panen.
Bukan hanya di dunia. Tapi di kehidupan yang tak lagi mengenal waktu.