Pengasuh pondok pesantren Hasan jufri 3


        BIOGRAFI KH. BAJURI YUSUF






KH. Bajuri Yusuf lahir pada tanggal 20 Maret 1950 di Desa Lebak Kecamatan Sangkapura. Beliau memulai pendidikannya dari kampungnya sendiri. Beliau masuk di Sekolah Rakyat (SR) Desa Lebak di pagi hari. Sedangkan sore hari belajar di Madrasah Wajib Belajar Nahdlatul Ulama (MWBNU). Semenjak belajar di SR, beliau sudah menunjukkan ide-ide kreatifnya.

Disamping belajar, KH. Bajuri Yusuf juga menggembala kambing. Ini dimaksudkan agar beliau menjadi pemimpin. Sebab memimpin manusia sama susahnya memimpin kambing. Beliau teringgat ayahnya, bahwa Nabi Muhammad sebelum diutus menjadi Nabi juga menggembala kambing.bila sukses mengembala kambing, maka akan sukses pula dalam memimpin manusia.

Pada tahun 1964, beliau mendapatkan tugas belajar PPUPAN ( Pendidikan Pengadilan Urusan Pengadilan Agama Negeri) di Kediri dari Departemen agama. Tugas ini tidak sampai selesai karena meletusnya peristiwa 1965. Akhirnya, KH. Bajuri Yusuf melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantrem Krapyak Jogjakarta di bawah asuhan KH. Ali Ma'sum.

Setelah menamatkan sekolah formal di Pesantren Krapyak, atas anjuran pengasuh, beliau melanjutkan ke IAIN Sunan Kali Jogo tapi tidak sampai lulus. Beliau pergi ke Saudi Arab karena mendapat beasiswa dari Dar Al Hadits. Beliau mengaji ke Sayyid Muhammad al Alawi di mekkah selama 2 tahun. Pasca dari mekkah, beliau ke Baghdad Irak untuk belajar di Universitas Baghdad. Selama 4 tahun di Irak, beliau menamatkan pendidikannya dan mendapat gelar LISS (Lesson of Islamic Study and Science).

Ketika ingin melanjutkan ke S-2 di Uiversitas di Madinah, beliau diminta pulang sebentar karena ayahnya sakit. Dua minggu setelah kedatangannya di Bawean, ayahya, KH. Yusuf Zuhri wafat. KH. Bajuri Yusuf diminta untuk melanjutkan mengasuh pondok pesantren.



Selama belajar, KH. Bajuri Yusuf aktif di berbagai organisasi. Ketika menjadi santri di Pondok Pesantren Krapyak 1970, beliau ditunjuk menjadi kordinator keamanan karena keberanian dan kedisiplinannya. Beliau memang jago pencak silat Bawean. Tahun 1971, beliau ditunjuk menjadi lurah pondok. Beliau juga aktif di Gerakan Pemuda Ansor Daerah Istimewa Jogjakarta tahun 1970-1973 dengan menjadi wakil ketua PW GP. Ansor DIY Jogjakarta. Bahkan ketika di Baghdad, beliau dipercaya  menjadi wakil ketua Perhimpunan Pelajar Islam (PPI) untuk wilayah Iraq priode 1978-2979.

Selain di organisasi, KH. Bajuri Yusuf juga menyenangi olahraga dan seni. Olahraga yang digandrungi adalaha sepak bola dan pencak silat. Bahkan beliau pernah didaulat menjadi pelatih pencak silat untuk mahasiswa indonesia di Baghdad. Sedangkan seni yang digemari adalah tari Saman. Pencak Silat dan Tari Saman adalah budaya warga Bawean.

Selain mengasuh Pondok Peantren Hasan Jufri, KH. Bajuri Yusuf juga aktif mengabdikan dirinya di Nahdhatul Ulama' cabang Bawean. Pada mulanya, beliau dipercaya menjadi ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama' (LDUN) cabang Bawean. Sejak 1987, beliau diamanari menjadi Raisy Syuriah PCNU Bawean sampai tahun 2002. Banyak usaha yang telah dilaksanakannya, antara lain : membangun kantor NU Bawean dan mendirikan balai pengobatan NU di MWCNU Daun dan MWCNU Tambak.

Pada tahun 1998, ketika PBNU membidani lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa, KH. Bajuri Yusuf ikut membidani lahirnya PKB di Pulau Bawean. Kerja kerasnya menjadikan PKB menang mutlak di Bawean (80%) dan mengantarkan wakilnya ke DPRD Kabupaten Gresik. Beliau baru mengundurkan diri dari hiruk pikuk politik pada 2002 dan fokus pada pengembangan Pondok Pesantren Hasan Jufri.

Pernikahannya dengan Nyai Faizah binti KH. Hilmi dari Desa Kebuntelukdalam Kecamatan Sangkapura (1981), menghasilkan 3 puteri dan 2 putra.



Pada bulan September 2014, KH. Bajuri Yusuf wafat, kepengasuhan diamanatkan kepada putranya yang ke empat, yaitu K. Muhammad Najahul Umam, dalam mengasuh, beliau didampingi oleh Nyai Hj. Faizah Bajuri , Dr. Ali Asyhar dan KH. Abdul Halim.


Sumber : Pesantren Hasan Jufri Dari Masa Kemasa


As Shodiq

Post a Comment

Previous Post Next Post