Dalam berperilaku sehari-hari tentunya kita tak lepas
dengan yang namanya berbicara dengan orang yang ada di sekitar kita. Namun apakah
yang kita bicarakan sudah bisa dikatakan baik menurut kita, atau malah menjadi
suatu kesalahan bagi kita yang tiap harinya di ulang-ulang?
Setiap apa yang kita ungkapkan dari apa yang keluar dari
lisan kita itu nanti akan di minta pertanggung jawaban kelak dihadapan Allah.
Nah.. kalo seperti ini kita dapat mengintrogasi diri
apakah setiap apa yang kita keluarkan dari lisan kita sudah baik atau
sebaliknya. Maka dari itu kita harus pandai-pandai dalam menyikapi hal yang
seperti ini.
Mungkin apa yang keluar dari lisan kita itu sudah baik
menurut kita akan tetapi bagi orang lain itu tidak seperti apa yang kita bayangkan. ada baiknya jika kita memikirkan terlebih dahulu setiap apa-apa yang mau dikeluarkan
dari lisan kita apakah sudah baik menurut kita dan juga baik mnurut orang lain.
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ،
يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
"Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan
terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur
dan barat." (HR. Muslim no. 2988).
Menyenangkan orang itu adalah suatu keindahan. Apakah setiap
perkara yang dapat membuat orang lain terhibur itu juga merupakan suatu
keindahan? Tentuya tidak karena banyak orang yang ketika berbicara tentang
sesuatu yang dapat menyenangkan atau dapat menghibur seseorang tampa ia sadari
malah menjadi suatu bencana bagi dia.
Alangkah baiknya jika seorang mengarahkan pembicaraan
dari yang tidak ada manfaatnya atau bahkan dari sesuatu yang bernilai dosa
menjadi pembicaraan yang bermanfaat yang dapat membawa diri seseorang kepada
perkara yang dapat menyelamatkan dirinya dari siksa neraka.
Jika kita berbicara pribadi seseorang (gosip) yang
dapat menyakitkan seseorang maka haruslah atau bersegeralah bagi kita untuk minta maaf sebelum terlambat. Karena
membicarakan seseorang yang dapat menyakiti hatinya itu dosanya sama halnya merobohkan
ka’bah sebanyak 70 kali, begitu juga dengan gosip dosanya sama seperti makan daging
saudaranya sendiri.
Sudah terbukti bahwasanya lisan itu lebih tajam daripada pedang.