Belajar Itu Tidak Mengenal Usia


 Adakalanya dalam kehidupan, jiwa ini terkoyak oleh penyesalan. Namun, penyesalan bukanlah ujung dari perjalanan, melainkan panggilan untuk bangkit dan berubah. Menatap ke belakang, saya melihat jejak waktu yang terbuang sia-sia, tertutup oleh keremehan dan keterlenaan. Namun, dalam setiap kenistaan itu, ada juga keinginan tulus untuk kembali pada pangkal jalan yang benar.

Tak mengenal waktu, tak mengenal usia, semangat belajar tetap bisa menjalar dengan megah. Kehadirannya tak terbatas oleh hitungan detik, menit, atau tahun. Ia adalah kekuatan spiritual yang membakar jiwa, merobek malas dan menggeser penyesalan. Tidak pernah terlambat untuk memeluk peluang yang tercecer di lorong waktu.

Lihatlah para penuntut ilmu, para pencari kebenaran. Mereka tak hanya berusia muda yang membara, tetapi juga yang berusia tua yang gigih. Usia hanyalah selembar kertas kering yang ditiup angin, tapi semangat adalah bara yang tak pernah padam. Ibnu Sina, seorang cendekiawan terkemuka, belajar hingga menjelang ajalnya. Dia bukan sekadar berjuang melawan kurang tidur atau pandangan lelah, tapi juga melawan hembusan angin masa.

Waktu adalah ujian bagi kita semua. Tapi yang membedakan adalah bagaimana kita merangkai kepingan-kepingan waktu itu menjadi kisah berharga. Kegagalan masa lalu adalah bekal berharga yang tak ternilai, batu loncatan menuju kemajuan yang lebih besar. Tidak ada kesempurnaan dalam insan manusia, namun kita bebas memilih untuk terus berusaha dan belajar.

Terkadang, semangat belajar terkubur dalam rasa takut akan kegagalan. Namun, lihatlah cahaya fajar yang menyingkap gelap malam. Kegagalan adalah sebatang tongkat yang dapat menuntun kita menuju kesuksesan yang sejati. Menyibak tirai ketakutan, kita bisa menemukan pesona belajar yang begitu memikat.

Tidak ada batasan bagi mereka yang bersedia mengambil langkah pertama. Ilmu adalah sungai yang mengalir begitu dalam, tak peduli seberapa panjang perjalanan yang telah dilalui. Usia hanya angka, dan waktu hanya sebuah alat untuk meraih cita-cita. Jadilah seperti burung hantu yang tetap terbang dalam kegelapan, mencari ilmu sepanjang malam.

Mari, jadikan hati ini sebagai medan pertempuran. Pertempuran melawan diri sendiri yang terkadang merasa lelah dan malas. Tetapi ingatlah, kemenangan yang hakiki adalah yang diraih atas diri sendiri. Saat semangat kita bangkit, saat pengetahuan baru mengalir, dan saat kita menyadari bahwa setiap usaha tak pernah sia-sia.

Maka, marilah kita mengulang langkah. Tidak perduli apapun yang telah terjadi, kita adalah penulis kisah hidup ini. Buatlah setiap bab dalam cerita kita penuh makna. Bangkitlah, jadikan semangat belajar sebagai panji perjuangan. Dengan tekad dan keyakinan, kita bisa menuliskan bab yang lebih bercahaya, bahkan ketika matahari senja pun menjelang.






Post a Comment

Previous Post Next Post